Sabtu, 17 Mei 2014

"Cara Terpadu Mengobati dan Mencegah TB Resistan Obat"


Batuk-batuk, demam tinggi, keringat pada malam hari, penurunan berat badan, dan selalu merasa kelelahan adalah pertanda bahwa seseorang tersebut sedang terkena gejala penyakit TB biasa yang berkembang menjadi TB Resistan Obat dan TB MDR (Multi Drug Resistant Tuberculosis).


Penyakit paling mematikan yang satu ini sangat mudah dan cepat sekali penularannya. Tak mengenal ruang dan waktu, menjangkit siapa saja yang ada disekitarnya. Penyakit yang sangat menakutkan dan mengerikan banyak orang karena telah mengancam nyawa setiap detiknya bahkan merenggut nyawa diusia anak-anak, remaja, maupun dewasa.

Ya, itulah penyakit Tuberculosis, jika tak segera ditangani, maka akan mengakibatkan kematian secara perlahan dan mendadak. Bilapun sedang atau telah ditangani oleh pihak petugas kesehatan, si pasien mau tidak mau harus menjalani perawatan mulai 4-8 bulan untuk penderita TB biasa, dan 18 - 24 bulan yang menderita TB Resistan Obat dan TB MDR dengan cara mengkonsumsi obat demi mencapai kesembuhan total. 



Jika pengobatan TB diberikan dengan tatalaksana yang tidak standar, baik dalam hal paduan, lama dan cara pemberian pengobatan, maka dapat menjadi faktor pencetus meningkatnya jumlah kasus TB Resistan Obat dan TB MDR (Multi-Drug Resistant). Dalam skema dibawah ini, disebutkan tentang mereka yang sangat rentan terkena dampak dari TB Resistan Obat dan TB MDR. 


Tidak sedikit pula diantara pasien yang menderita penyakit TB tersebut dinilai sangat kurang disiplin mematuhi aturan dari pihak petugas kesehatan. Selain banyaknya jumlah obat yang harus dikonsumsi setiap waktunya, seringkali membuat si pasien TB mengalami masa jenuh dan malas melanjutkan pengobatan yang dijalani. Akibatnya, penyakit mematikan ini pun tidak mencapai kesembuhan total sesuai yang diharapkan sebelumnya. Padahal, diluar sana masih banyak aktivitas yang harus diselesaikan pula oleh si pasien, entah itu bekerja, bersekolah, ataupun sekadar berkumpul bersama keluarga tersayang.

 
Langkah cepat yang harus ditindaklanjuti oleh pihak petugas kesehatan terhadap pasien terduga TB Resistan Obat dan TB MDR adalah dengan cara melakukan diagnosa pemeriksaan tes cepat terhadap kepekaan kuman yang sudah kebal terhadap obat yang dikonsumsi oleh pasien TB

Jangan khawatir, setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, begitu pula dalam hal kesehatan, setiap penyakit pasti ada obatnya. Tapi yang terpenting harus digaris bawahi adalah jangan sampai kesempatan untuk sembuh total yang kedua kali ini disia-siakan begitu saja.  Walaupun terbilang sangat sulit untuk disembuhkan dan memakan waktu dan biaya yang cukup mahal, tapi jika diusahakan dengan baik dan tertib, insya Allah, TB Resistan Obat dan TB MDR ini akan segera menjauh dan menghilang dari si pasien tanpa meninggalkan jejak baru bagi lingkungan sekitarnya.


Bila ditemukan adanya kram berat di kaki, gangguan atau berkurangnya pendengaran, berdenging ditelinga dan pusing. Pada garis bahaya, si penderita bisa menimbulkan reaksi yang tidak wajar, seperti mata kuning/ hepatitis, kejang dan psikosis (kebiasaan yang irrasional). Maka sebaiknya petugas kesehatan harus bertindak lebih cepat menangani proses pengobatan akibat efek samping yang ditimbulkan dari diri pasien.

Selain dari pada itu, pencegahan lain juga sangat perlu dimulai dari diri sendiri untuk mengurangi resiko mewabahnya penyakit lebih luas. Kebiasaan dalam keseharian yang tidak boleh disepelekan begitu saja seperti menutup mulut saat bersin atau batuk dengan tangan atau masker, meludah tidak sembarang tempat, minum obat secara teratur, dan membuka ventilasi jendela dan pintu rumah setiap hari.

Pencegahan yang bertahap mulai dari pemeriksaan, pengobatan, kedisiplinan berobat, pelayanan kesehatan, sampai menjaga kebersihan lingkungan merupakan langkah jitu yang kedengarannya sangat sederhana tapi sulit untuk diaplikasikan bila tak diiringi dengan kesadaran mandiri dan pengetahuan yang luas.

Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO) atau Programmatic  Management of Drug Resistant TB (PMDT) turut andil dalam penanganan pasien TB Resisten Obat  yang digabung dalam 5 komponen DOTS, yakni:
  1. Komitmen politis berkesinambungan untuk meningkatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya keuangan dalam penanganan TB MDR. 
  2. Diagnosis berkualitas melalui tes cepat dengan metode PCR (Xpert MTP/ RIF), pemeriksaan biakan dan uji kepekaan obat (DST) yang terjamin mutunya untuk deteksi kasus pada orang yang diduga (suspek) TB Resisten Obat. 
  3. Pengawasan menelan obat secara langsung menggunkan paduan OAT lini kedua. 
  4. Ketersediaan OAT lini kedua secara berkesinambungan.
  5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang memastikan penilaian terhadap hasil keluaran setiap pasien dan penilaian terhadap program DOTS secara keseluruhan.

Tujuan utama dari  MTPTRO ini adalah mencegah terjadinya kasus TB Resistan Obat melalui pelayanan DOTS yang bermutu; melaksanakan manajemen kasus TB Resistan Obat secara standarisasi. 

Adapun komponen utama dalam MTPTRO:
  1. Diagnosis dengan menggunakan kultur dan uji kepekaan obat di laboratorium yang tersertifikasi oleh Laboratorium Supranasional.
  2. Pengobatan TB Resistan Obat (TB MDR) yang terstandarisasi yang dilakukan oleh Tim Ahli Klinis di RS Rujukan TB MDR.
  3. Pelayanan di fasilitas layanan rawat jalan penuh, kecuali kondisi klinis pasien memburuk dan terdapat keputusan tim klinis untuk rawat inap.
  4. Pengawasan menelan obat secara langsung setiap hari oleh petugas kesehatan.
Yuk, mari bersatu kita peduli kesehatan dan merangkul para pasien TB untuk bangkit dari keterpurukan psikologinya dan turut berpartisipasi atas pencegahan penyakit TB mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Referensi:
  1.  http://www.tbindonesia.or.id/tb-mdr/
  2.  http://blog.tbindonesia.or.id/



    6 komentar:

    1. Iya Kak, mencegah emang selalu lebih baik daripada mengobati. Semoga kita semua terhindar dari penyakit membahayakan ini.

      BalasHapus
      Balasan
      1. Iya Dek Sofy, bener banget, Semoga penyakit berbahaya ini tidak lagi mewabah disekitar kita.. aaamiiin :)

        Hapus
    2. setuju nih, aplikatif sekali :)

      BalasHapus
    3. lebih baik mencegah daripada mengobati, lebih baik sembuh daripada minum obat lagi, jadi TB harus dilawan jangan sampai malah jadi resisten

      BalasHapus
      Balasan
      1. Ya, saya setuju sekali. semoga masyarakat semakin sadar dengan bahayanya TB Resistan Obat ini. makasi sudah berkunjung ya mak :)

        Hapus