Sabtu, 30 Agustus 2014

Peran IKAPI dalam Mengemban Dunia Baca Tulis

Assalamu 'Alaikum ...

Sudah delapan bulan terakhir ini saya aktif ngeblog dan mengikuti aneka kuis, giveaway, dan blog kontes yang diadakan langsung oleh perusahaan di Indonesia dan teman-teman penulis di media sosial. Saya juga bergabung dengan komunitas blogger yang memang hampir seluruh anggotanya aktif di dunia tulis menulis. Bahkan ada juga yang merangkap menggeluti usaha mandiri bidang penerbitan buku. Selain untuk mencari tambahan penghasilan, setidaknya  banyak diantara teman-teman penulis yang sejak lama bermimpi ingin tulisannya dimuat di sebuah majalah atau media cetak,  mendapat kesempatan naskah tulisannya segera dibukukan lalu diterbitkan.

Sejenak saya mengamati perkembangan buku yang ada di Indonesia sekarang ini memang terkesan meningkat. Bagaimana tidak, penerbit buku mayor dan minor seolah bersaing mencetak, menerbitkan, dan memproduksi buku-buku populer (best seller). Tak mengherankan bila gramedia dan pertokoan buku sudah dibanjiri oleh jutaan buku-buku yang beragam bentuk dan kategorinya.

Lain pihak penerbit tunggal tak mau kalah menunjukkan kemandirian mereka yang langkahnya benar-benar dimulai dari titik nol, mengumpulkan naskah dari penulis, menerbitkan buku, sampai mempromosikan buku mereka sendiri ke masyarakat dengan berbagai cara seperti lewat kuis atau lomba.  Jalur inilah yang kini paling banyak diminati penulis supaya karya mereka segera diterbitkan walau tak sepopuler milik penerbit ternama.

Masalah dan kebingungan yang sering dialami oleh teman-teman yang aktif menulis adalah sulitnya ber"jodoh" dengan penerbit yang cocok dan siap menerbitkan naskah mereka.

Sebagai seorang blogger, tentunya saya aktif melakukan blogwalking untuk mencari informasi apa saja terkait dengan tema postingan seperti permasalahan antara penulis dan penerbit buku. 

Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan sebuah postingan sederhana dari blog milik Kang Ali Muakhir selaku BookCreator, Writer, Trainer, Bloger, dan Publicist yang tak dapat diragukan lagi kepiawaiannya menciptakan karya-karya ratusan judul buku. 

Berikut ini saya pinjam Tips Mengenal Penerbit ala Kang Ali Muakhir langsung dari blog beliau tanpa mengurangi atau melebihkan satu kosa katapun. (insya Allah mendapat izin share dari beliau, ya. Harap-harap cemas. hehehe.). 

Yuk, disimak baik-baik: 
 
1). Sering ke Toko Buku
  1. Toko Buku? Kenapa? Karena di sana banyak buku  dung, masa ke toko besi, sih? Hehe. Paling tidak seminggu sekali, dua minggu sekali, tiga minggu sekali, atau kalau sibuk banget, bolehlah sebulan sekali jalan-jalan ke Toko Buku terlengkap di daerah atau kota kita. Di sana, kita akan banyak mengenal jenis-jenis buku, nama-nama penulis, segmentasi pembaca, dan penerbit. Coba baca belakang cover, di sana selalu ada nama dan alamat penerbit lengkap. Catat di gadget kita kalau takut dicurigai nulis di notes kita.
     
    2). Kunjungi Pameran Buku
     
    Pameran sekarang ini sering sekali diadakan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) atau oleh penerbit-penerbit. Seandainya setiap pameran ada 40 stand saja, artinya kita bisa mengenal 40 penerbit di sana. Lihat buku-buku yang diterbitkannya, baca-baca sampel bukunya, ajak obrol penjaga stand-nya siapa tahu yang jaga editornya. Paling nggak, kalaupun yang jaga stand guide, dia pasti sudah dibekali beberapa hal tentang penerbit yang dijaganya.
     
    3).  Datangi Acara Penerbit
     
    Penerbit sering sekali mengadakan acara-acara off air di daerah-daerah, biasanya bekerja sama dengan komunitas atau lembaga di daerah. Penerbit selain mendatangkan penulis, pasti menghadirkan juga pembicara dari penerbit. Kalau pas acara tidak berani angkat tangan untuk bertanya, coba cegat pembicara dari pihak penerbit atau ketemu panitianya supaya bisa ngobrol dengan pihak penerbit. Penerbit sangat wellcome untuk urusan satu ini. So, jangan sungkan-sungkan.
     
    4). Ikuti Group Penerbit
     
    Dalam era media sosial dewasa ini, semua penerbit memiliki akun di facebook, mereka juga terkadang memiliki group. Sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Banyak manfaat gabung dalam group sebuah penerbit, selain tahu informasi buku-buku yang diterbitkan, kita bisa kenalan dengan orang penerbitan, kita juga bisa ikut kuis-kuis yang rutin diadakan.
     
    5). Follow Twiter Penerbit
     
    Kayaknya, sekarang kalau kalau penerbit tidak punya akun twiter penerbit yang bener-bener nggak gaul deh. Jangankan penerbit, anak SD aja sekarang sudah punya twiter. Nah, cari nama penerbitnya, lalu follow. Keuntungannya hampir mirip dengan mengikuti group penerbit.
     
    6). Kumpulkan Alamat Penerbit
     
    Jangan berpikir, ngumpulin alamat penerbit itu susah. Kita cukup colek Mbak Google, ketik keyword, pasti lancar jaya. Kita bakal menemukan alamat penerbit yang kita cari. Kok bisa? Pasti bisalah, kan penerbit punya website. Kalau pun belum punya website, biasanya para bloger membuat artikel khusus alamat-alamat penerbit yang ada di Indonesia.
Jika sudah jelas apa yang harus dilakukan agar kita ber"jodoh" dengan penerbit buku yang baik dan pas, selanjutnya mari berkenalan dengan IKAPI. 
 ---oo0oo---

 

IKAPI ... ?

Ya, sebelumnya saya belum pernah mendengar istilah IKAPI. Baru-baru ini, tepatnya empat hari yang lalu sampai saya menulis artikel ke lima untuk lomba blog #PameranBukuBdg2014 yang diadakan oleh Syaamil Qur'an dan IKAPI Jabar, saya baru tahu sedikit banyak tentang IKAPI. Inilah hikmah dan pembelajaran yang saya dapatkan selama mengikuti perlombaan menulis di blog.  Yang dulunya tidak tahu atau tidak mengerti, sekarang jadi tahu banyak dan berwawasan luas. 

Sekarang mari kita cari tahu, apa itu IKAPI?

Menurut hasil penelusuran yang saya lakukan di mbah Google, Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) adalah asosiasi profesi penerbit satu-satunya di Indonesia yang menghimpun para penerbit buku dari seluruh Indonesia. Adapun para pelopor dan inisiator pendirian Ikapi adalah Sutan Takdir Alisjahbana, M. Jusuf Ahmad, dan Nyonya A. Notosoetardjo.

Daripada berpanjang lebar, sebaiknya saya persingkat saja melalui beberapa point berikut ini, bahwa:

  1.  IKAPI didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1950 yang diprakarsai oleh kesepakatan beberapa penerbit nasional yang ada ketika itu.
  2. Awalnya, IKAPI hanya memiliki anggota 13 penerbit. Lambat laun meningkat menjadi ± 650 penerbit yang tersebar di seluruh Indonesia.
  3. IKAPI memegang prinsip visi dan misi yang kuat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan perbukuan Indonesia. Salah satu cabang IKAPI yang aktif memotivasi masyarakat Indonesia untuk mengangkat budaya baca tulis adalah IKAPI Jawa Barat melalui kegiatan jurnal dan Pameran Buku Bandung 2014 yang tidak lama lagi akan dilaksanakan di Bandung.
 IKAPI Jawa Barat dan Pesta Buku Bandung


Salah satu upaya yang dilakukan oleh IKAPI di seluruh Indonesia khususnya di Bandung Jawa Barat untuk memajukan penerbitan buku sekaligus menarik minat baca tulis masyarakat umum adalah dengan menggelar berbagai kegiatan bermanfaat seperti Pameran atau Pesta Buku, Parade Lomba Seni dan Film Pendek, Parade Lomba Blog, dan sebagainya disertai dengan suguhan acara tambahan menarik lainnya.

Dilema antara Penulis, Penerbit, dan IKAPI

Sejak saya aktif berkomunikasi sesama teman-teman media sosial terutama yang aktif menulis dan ngeblog, banyak hal baru yang saya ketahui yang selama ini ternyata sangat jarang dipublish ke media. Ketika saya menghadiri sebuah acara jurnalistik  semacam pelatihan menulis karya fiksi dan non-fiksi, tidak sedikit pula dari peserta yang hadir mengemukakan keluh kesahnya kepada narasumber terkait masalah renggangnya hubungan antara penulis dan penerbit.

Satu sisi penulis mempertahankan hasil karya mereka yang secara mati-matian, justru tak mendapat respon dari penerbit yang diharapkan lantaran belum memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Kasus demi kasus bermunculan kepermukaan, akibat kurang mendapat penghargaan dari penerbit, terkadang membuat penulis di Indonesia menjadi pesimis dan tidak percaya diri. Belum lagi persoalan materi dan akad yang harus disepakati bersama yang nota bene sangat mempersulit keadaan. Sedangkan dipihak penerbit, mereka justru mempertahankan komitmen mereka bahwa hanya akan menerima karya tulisan yang benar-benar dianggap pantas untuk diterbitkan dan sesuai permintaan pasar.

Lalu, kemanakah peran IKAPI yang seharusnya mewadahi penulis-penulis untuk dibantu menerbitkan karya-karya mereka melalui penerbitan buku di negeri ini. Contoh kasus lain ada pula yang menyatakan bahwa sangat disayangkan mengapa kebanyakan penulis dari luar pulau Jawa (khususnya Indonesia bagian Timur) masih berkiblat ke Jawa sampai detik ini. Hal tersebut sudah pasti karena tidak adanya penerbitan buku yang didirikan secara merata.

Belajar dari pengalaman kasus-kasus yang ada, setidaknya anggota dari penerbit bersedia untuk bergabung bersama dengan IKAPI. Kerjasama yang dijalin seyogyanya dapat menumbuhkan keharmonisan lembaga dalam menerbitkan buku-buku yang berkualitas. 

Saya dan Peran IKAPI  dalam Mengemban Dunia Baca Tulis



Jika saja putera puteri Indonesia memiliki minat baca, menyukai buku, pada akhirnya gemar membaca, maka bisa dipastikan bangsa ini akan maju dan unggul dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Semoga!

Tetapi, harapan dan impian mencerdaskan bangsa Indonesia masih terasa sulit untuk dibenahi. Entah karena minimnya produksi buku-buku atau bahan bacaan lain, kurangnya sosialisasi gerakan membaca satu buku setiap hari, atau mungkin karena kita sebagai orang tua yang tidak memberi contoh membaca kepada generasi kita sehingga budaya membaca dan menulis sama sekali tidak diminati. 
"Laporan Human Development Report  tahun 2008/2009 yang dikeluarkan UNDP, menyatakan minat membaca masyarakat di Indonesia berada pada peringkat 96 dari negara di seluruh dunia. Kondisi ini sejajar dengan Bharain, Malta dan Suriname.

Di Asia Tenggara, hanya ada dua Negara di bawah Indonesia, yaitu Kamboja dan Laos. Kondisi ini diperparah dengan minimnya buku yang terbit.

Berdasarkan data yang ada buku yang diterbitkan hanya sekitar 10 ribu judul. Jumlah ini sama juga dengan Malaysia yang mempunyai jumlah penduduk hanya sekitar 26 juta atau hanya sekitar 15 persen dari penduduk Indonesia."
Apa hendak dikata bila membaca kutipan hasil laporan diatas. Sudah menjadi tanggung jawab IKAPI untuk menanggapi polemik baca tulis di tanah air. Sebagai seorang blogger, saya sempat berandai-andai jika diberi kesempatan menjadi bagian dari IKAPI, kemungkinan besar saya akan melakukan reformasi terhadap kinerja IKAPI dalam mengemban dunia baca tulis anak-anak Indonesia menuju perubahan nyata dan edukatif, diantara:
  1. Membangun kerjasama yang sehat antara penulis, penerbit, dan IKAPI menerbitkan buku-buku yang berisi konten bermanfaat, inspiratif, edukatif, dan aktual.
  2. Mengubah kesan buruk perpustakaan menjadi ruang membaca yang asyik, nyaman, selalu dirindukan oleh pengunjung, misalnya menyediakan koleksi buku-buku terbaru dan fasilitas bacaan secara online.
  3. Mengadakan pagelaran buku secara serentak di seluruh Indonesia, baik di pedesaan maupun di pusat perkotaan.
  4. Menyediakan fasilitas perpustakaan keliling secara merata di seluruh pelosok daerah terpencil, Taman Baca bisa menjadi inspirasi untuk memulai langkah awal pencetusan minat baca anak-anak.
  5. Mengadakan wakaf buku bagi anak-anak sekolahan dan anak-anak jalanan yang putus sekolah.
  6. Melahirkan generasi Gerakan Baca Tulis se-Indonesia, dengan cara memberi penghargaan bagi mereka yang berprestasi dibidang literasi. 
  7. Duta Buku, Duta Penerbitan, atau Duta Baca Tulis, salah satu solusi motivasi bagi Indonesia dalam mewujudkan harapannya.
  8. Tidak mempersulit keadaan bidang administrasi perbukuan dan penerbitan, terutama soal biaya dan hak cipta.
Wah, saya sampai tersenyum sendiri membayangkan bagaimana jadinya jika suatu hari nanti putera puteri Indonesia mampu bersaing sehat menunjukkan pada dunia bahwa kini Indonesia Gemar Membaca dan Indonesia Cerdas karena Buku.

---oo0oo---

Timbul pertanyaan, mau jadi penulis atau punya buku?

Nah, ingin menjadi seorang Penulis dan punya Buku, tentu saja adalah impian saya yang berikutnya untuk diwujudkan suatu hari nanti... Semoga!
 ~ Aida~
Referensi :
  1. http://ikapi.org/about
  2. http://ikapijabar.com/tentang-ikapi/
  3. http://www.ikapidkijakarta.com/ikapiblog/?tag=cinta-baca
  4. http://www.tribunnews.com/nasional/2010/05/10/minat-baca-indonesia-rangking-96
  5. http://kangalimuakhir.blogspot.com/2013/03/tips-nulis-mengenal-penerbit.html
======
Artikel 5
Makassar, 29 Agustus 2014 




9 komentar:

  1. mba aida itu yang diatas delima ato dilema mba? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ups, salah... hehe makasi koreksi ya mak :)) ok, segera di edit.

      Hapus
  2. Perpustakaan asyik itu bakal bikin betah ya, Mak. Apalagi kalo buku2nya baru dan keren2. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh iya pastinya asyik banget mak :) betah dan nyaman karena suasana ruangan yang mendukung :) makasi atas kunjungannya ya

      Hapus
  3. pameran buku serentak kayaknya asyik ya, mak. butuh koordinasi antar daerah ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes yes yes betul sekali mak ila, semoga terwujud harapan yang satu ini, pasti seru sekali :) makasi sudah berkunjung

      Hapus
  4. Aku baru tau soal IKAPI, tulisannya bagus sekali, informasi yang menarik. trims ya mbak Aida sharenya. semoga menang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, makasi kembai ya dek Wahida :D Senang sekali rasanya Anda sudah berkunjung disini. Semoga bermanfaat.

      Hapus