Selasa, 26 Agustus 2014

Gara-Gara Pemeran Buku, Saya Jadi "Kutu Buku"

"Aku senantiasa memadukan kegiatan membaca dan menulis. Buku-buku yang kubaca jadi lebih mudah kuingat karena aku menuliskan pemahamanku" (Hernowo)

"Mbak Aida, minta tips menulisnya dong, berkali-kali saya mencoba untuk menulis, tapi tak pernah nyambung"

Begitulah kurang lebihnya setiap pesan inbox yang masuk di facebook milik saya. Beberapa teman media sosial maupun keluarga dekat di rumah ada yang bertanya dengan nada yang sama, tentang bagaimana caranya bisa menulis sebuah artikel yang mudah dipahami, renyah, dan berkualitas. 

Sebenarnya sih simple saja, selama ada kemauan dan komitmen besar untuk menulis, kita pasti bisa melakukannya dengan baik. Selain itu, saya juga tak segan untuk mengkompor-kompori beberapa teman untuk meluangkan waktunya menulis apa saja yang terlintas dibenaknya, hal-hal apa yang pernah dan sedang dilihatnya saat itu, dan menuliskan perjalanan hidup inspiratif untuk memotivasi orang lain berbuat kebaikan dan membawa manfaat.

Dibalik semua itu, sebenarnya saya sendiri masih dalam tahap pembelajaran dan pelatihan secara otodidak. Menghadiri undangan pelatihan jurnalis juga merupakan salah satu wadah yang harus saya ikuti sebagai tambahan wawasan ilmu dan pengalaman. 
"Dalam hal membaca, Indonesia berada di peringkat ke-57 dari 65 negara di dunia. Atau peringkat 8 terakhir"
Tunggu dulu, kawan. Menulis tanpa membaca bagaikan Sayur tanpa garam. Coba dipikir-pikir lagi, bagaimana caranya kita bisa menulis yang baik dan benar, sedangkan membaca saja tidak pernah, jangankan mau membaca, pegang buku saja udah pada ogah. Sebelum saya memberi tips mudah seputar menulis kepada teman-teman dan sanak saudara, saya lebih sering menanyakan minat baca mereka seperti apa. 

Tidak sedikit diantara mereka yang menjawab dengan nada pesimis, Tidak suka membaca atau saya malas membaca buku. Lho? Kalo sudah begini situasinya, upayakan dulu deh jatuh cinta sama buku, majalah, koran, atau media baca lainnya. Tak hanya itu, jaman sekarang ini jaringan media sosial dan internet semakin memudahkan kita untuk mencari informasi apa saja sesuai kebutuhan. Secara tidak sengaja, kita pun terbawa arus  dan suasana untuk menikmati bacaan yang kita search tersebut. 

Intinya, perbanyaklah membaca apa saja dahulu, lalu tuliskan segera dimedia tulis mana saja, seperti di notebook, note facebook, wordpress, blog portal, atau blog milik pribadi sendiri. Persoalan renyah atau tidaknya tulisan kita dibaca orang lain, teruslah membaca dan menulis. Lambat laun, skill menulis itu sendiri akan terasah dengan sendirinya, dan aktivitas membacanya pun juga akan menjadi kebiasaan yang tak bisa lagi ditiadakan.

Are You Ready to Reading, Dear?
yo... yo.. yo... ayooo semangat!!!

Mau membaca kok nggak punya buku ya? hem, ini masalah tak kunjung selesai juga, belum beres masalah yang barusan, eh, masalah lain berdatangan tanpa di undang. hehehe. Masalah kok pake diundang-undang segala. Sesekali undang kita ke pameran buku, dong.

What You Say? Pemeran Buku? 

Pameran Buku dan si Kutu Buku



Pernahkah kamu menghadiri event besar dan menarik sebuah Pameran Buku di kota tempat tinggalmu, Kawan? Tentu saja pernah. Selain perpustakaan, pameran buku merupakan salah satu wadah bagi masyarakat Indonesia berburu buku yang selama ini dicari-cari dan mengimpikan untuk memilikinya karena adanya diskon besar-besaran yang ditawarkan. Dengan begitu, minat baca masyarakat senantiasa meningkat drastis dibanding hari-hari  sebelumnya.

Tidak hanya itu, segudang acara hiburan juga turut meriahkan acara pameran buku, seperti:
  • Lomba Menggambar & Mewarnai TK & SD
  • Lomba Menyanyi tingkat remaja
  • Lomba Busana Muslim Anak & Remaja
  • Meet & Greet
  • Talkshow, Demo Hijab & Kecantikan
  • Cosplay
  • Entertainment performance
  • Raup buku sepuasnya dengan variasi diskon harga
  • dan lain-lain
Lagi-lagi buku... !

Setelah menghadiri pameran buku yang pernah saya hadiri beberapa tahun yang lalu, saya menyadari banyak perubahan yang menghinggapi diri saya dari kebiasaan yang lebih banyak bersantai ria didepan tivi kini lebih senang membaca buku kemudian menuliskan buah pemikiran saya sendiri di media sosial, semisal blog "Rumah Baca Tulis" hasil garapan saya dengan sedikit penegasan Belajar dari Pengalaman, Berbagi Manfaat, Bukan Menggurui demi memberi kenyamanan pada semua pembaca dan pengunjung yang nyasar disini. :D


Ternyata oh ternyata, Kawan. Segudang manfaat saya dapatkan dari  pameran buku selain mendapatkan harga lumayan 'miring'. Wawasan ilmu pengetahuan lewat buku-buku yang saya baca semakin bertambah dan meningkat. 

Buku-buku saya dan aktivitasmembaca (dok.pribadi)
Benar kata peribahasa, "Buku adalah Gudang Ilmu" dan "Buku adalah Jendela Dunia"

Sering-sering mendatangi pusat pertokoan buku, gramedia, perpustakaan, dan pameran buku, maka beragam informasi mulai dari nusantara hingga ke seluruh belahan dunia dapat kita ketahui dengan baik. Kita tidak lagi kampungan atau ketinggalan informasi atau ketinggalan jaman. 
"Negara-negara maju seperti Jerman, Perancis, Belanda mewajibkan siswa SMA harus menamatkan hingga 22-32 judul Buku (1966-1975). Sedangkan di Indonesia, pada tahum 1950-1997 Nol buku atau tidak ada kewajiban untuk menamatkan satu judul buku pun. Dan kondisi ini masih berlangsung hingga sekarang."
Miris, melihat kenyataan bahwa Indonesia selalu berada pada peringkat terendah dibandingkan dengan negara-negara maju berkembang lainnya, membuat hati dan pikiran saya untuk tidak menambah beban negeri ini karena sifat malas, tidak disiplin, dan kurang pengetahuan. Maka dari itu, sebagai warga Indonesia saya mengajak anda dan siapa saja yang memiliki hati nurani untuk senantiasa ikutserta meningkatkan minat baca mulai sekarang, berbagi ilmu bermanfaat dan pengalaman berharga untuk sesama. 

Pameran Buku dan IKAPI Jawa Barat

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) adalah asosiasi profesi penerbit satu-satunya di Indonesia yang menghimpun para penerbit buku dari seluruh Indonesia. Ikapi didirikan pada tanggal 17 Mei 1950 di Jakarta. Para pelopor dan inisiator pendirian Ikapi adalah Sutan Takdir Alisjahbana, M. Jusuf Ahmad, dan Nyonya A. Notosoetardjo. Pendirian Ikapi didorong oleh semangat nasionalisme setelah Indonesia merdeka tahun 1945.

 

Sesuai dengan pergerakannya dibidang perbukuan sebagai salah satu fasilitator edukasi bagi masyarakat Indonesia, IKAPI kerapkali mengadakan event besar pameran buku untuk menarik perhatian dan minat baca anak-anak Indonesia.

Nah, untuk kesekian kalinya Ikapi Jawa Barat bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung akan menggelar Pameran Buku Bandung 2014, pameran buku ini kan digelar mulai tanggal 29 Agustus - 4 Seeptember 2014 bertempat di Landmark Convention Hall, JL. Braga No. 129 Bandung mulai pukul 09.00 - 21.00 WIB.


Uniknya, di event pameran buku yang akan dilaksanakan oleh IKAPI Bandung nantinya ini sosok Mummy Firaun yang didatangkan langsung dari Mesir akan dipamerkan beserta acara-acara lainnya. Selain itu, harga miring atau diskon sebesar 70% berburu buku favorit akan memberi kepuasan tersendiri bagi Anda yang tidak mau ketinggalan moment menarik tahun ini. Informasi selanjutnya dapat Anda hubungi Sekretariat Panitia Pameran Buku Bandung 2014 : Jl. Ibu Inggit Garnasih No. 30 C (Ciateul) telp. 022.5224572 - 72205000. 

Ada beberapa hal penting yang sebaiknya diperhatikan bagi penyelenggara pameran buku, diantaranya:
  1. Menyebarluaskan informasi jadwal kegiatan yang jelas dan pasti melalui media sosial online maupun offline.
  2. Menyediakan fasilitas khusus bagi pengunjung, seperti toilet, tempat ibadah, tempat makan dan minum, dan sebagainya.
  3. Buku-buku yang akan dipamerkan diatur sedemikian rupa sesuai katalog di stand-stand yang terbuka dan rapi.
  4. Menyediakan ruangan yang luas dan tempat duduk yang nyaman bagi pengunjung. 
  5. Menyediakan ruang bagi penulis, penerbit, dan pengunjung untuk sharing atau bedah buku.
  6. Selain buku dengan diskon besar-besaran, alangkah baiknya penyelenggara memberi buku gratis untuk pengunjung sesuai prosedur yang disepakati pihak penyelenggara. 
  7. Penyelenggaraan pameran buku sebaiknya diadakan dua kali dalam setahun dengan tema dan konsep yang berbeda.

Bila ide pemikiran ini diterima dengan baik oleh pihak penyelenggara pameran buku, semoga kiranya dapat memotivasi masyarakat untuk mencintai buku dan membudayakan minat baca dilingkungannya masing-masing. 

Nah, sesuai dengan misinya, IKAPI terbilang sukses dan punya prinsip yang patut diacungi jempol berkat kerja keras dan usahanya mengangkat paradigma masyarakat yang malas membaca menjadi rajin membaca, memberantas kebodohan dengan menyuapinya beragam ilmu pengetahuan alias mencerdaskan kehidupan putera puteri Indonesia kapan dan dimanapun berada.

Melalui pameran buku, IKAPI dan diri sendiri, mari kita kembangkan budaya membaca dan menulis mulai hari ini demi menyongsong hari esok yang gemilang dengan segudang prestasi mengharumkan nama bangsa dan negara tercinta, Indonesia Suka Membaca. Kalau bukan sekarang kapan lagi. Kalau bukan saya siapa lagi yang mau mulai? Sepakat...?
    Referensi :
    1. http://ikapi.org/about
    2. http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/16/rendahnya-minat-baca-bangsa-442837.html
    3. http://syaamilquran.com/lomba-blog-pameranbukubdg2014-bersama-ikapi-jabar-dan-syaamil-quran.html


    http://syaamilquran.com/lomba-blog-pameranbukubdg2014-bersama-ikapi-jabar-dan-syaamil-quran.html

    =======
    Artikel #1
    Makassar, 25 Agustus 2014




    29 komentar:

    1. Memang menulis dan membaca itu dua sejoli :)

      Moga sukses ya Aida

      BalasHapus
      Balasan
      1. makasi ya mak Niar :D dua sejoli antara kau dan diriku... jiaaaah hehe

        Hapus
    2. selamat mbak kalau sudah jadi kutu buku, karena dengan kutu buku akan banyak ilmu semoga sukses....

      BalasHapus
      Balasan
      1. waaa... makasi banyak lho mak Yuli, benar sekali, banyak ilmu yang kita dapatkan dengan banyak membaca :D

        Hapus
    3. Balasan
      1. Iya mak, saya juga pengen lihat Mummy Fir'aun itu secara langsung :D Yuk datang ke Pameran Buku Bandung sama-sama :))

        Hapus
    4. Sangat komplet dan menarik. Membaca sangat menyenangkan karena banyak keuntungan, apalagi bila diimbangi dengan kegiatan menulis. Luar biasa!

      BalasHapus
      Balasan
      1. Makasiiih ya Mas, Yup, Membaca dan Menulis harus jalan beriringan biar dapat untung yang banyak :)) Setujuuu ....

        Hapus
    5. Inspiring banget mak, postingannya. Good luck yaw

      BalasHapus
      Balasan
      1. hap ... hap ... hap... makasih mak, salam sukses untukmu juga, mari sama-sama menebar informasi yang inspiratif :))

        Hapus
    6. kutu yang lain harus dibinasakan... kutu buku harus dilestarikan... yuk belanja buku??? :D

      BalasHapus
      Balasan
      1. hahaha... yuk bongkar celengan dulu buat belanja buku...? betul sekali, kutu buku memang harus dilestarikan supaya budaya membaca terus berkembang :))

        Hapus
    7. wuiih manstab nih mak, selamat berkontes, saya juga senang ke pameran buku, apalagi buku komik hoho

      BalasHapus
      Balasan
      1. wuidiiih, miss komik dong kalo gitu :D hehehe, makasi ya mak Evri, jangan lupa nanti datang ke Pameran Buku Bandung ya :))

        Hapus
    8. semoga budaya baca dan tulis semakin marak di negri kita ya mak :)

      BalasHapus
      Balasan
      1. aaamiiin, semoga terkabul do'anya ya mak Namora :)) kita semua harus menjadi yang pertama untuk membudayakan baca tulis di negeri ini ... yo..yo..yo.. ayooo semangaaatt ! hehe

        Hapus
    9. Sangat menginspirasi. semoga makin banyak pameran buku yang kece di seluruh Indonesia

      BalasHapus
      Balasan
      1. Tengkiyu Mister Dhani, Moga-moga pameran buku terus maju dan berkembang ya di negeri kita :)) aaamiin

        Hapus
    10. Suka banget deh ke pameran buku..apalagi Kalo kantong lagi tebel:D

      BalasHapus
      Balasan
      1. hehehe betul..betul..betul... paling tidak ada satu dua buku yang dapat di beli ya mak, kan ada diskonnya :))

        Hapus
    11. kalo saya kebalik Mak, gegara suka baca jadi hobi ke pameran buku :D

      BalasHapus
      Balasan
      1. Ya, kebanyakan orang memang sudah dari sononya suka membaca sehingga menjadikan pameran buku tempat yang paling pertama untuk dikunjungi... :D Makasi ya mak Ade atas komentarnya :)

        Hapus
    12. Bener banget Kak, menulis tanpa membaca itu seperti masakan tanpa garam. Bahkan novel fantasi yang kelihatannya mengandalkan imajinasi aja penulisnya harus banyak baca. Pameran bukunya seperti seru. ada mumi Firaun lagi. Pengen datang....

      BalasHapus
      Balasan
      1. hayoooo .... dek Sofy harus datang ke Pameran Buku Bandung nanti ya, kan deket banget dari Bogor :)) jangan lupa buku-buku yang diborong, boleh dong dikirim ke Makassar juga untuk diriku, hehehe. Nah, mulai dari sekarang mari terus budayakan membaca dan menulis, masa sih mau kalah sama penulis novel itu ...? :)) makasi sudah berkunjung disini ya dek,

        Hapus
    13. Balasan
      1. horeeee... Alhamdulillah juara duaaa... :D makasi banyak ya mak hehehe

        Hapus
    14. Balasan
      1. makaci banget mak ucapannya, syukur Alhamdulillah

        Hapus